Sejarah Hari Ini (8 Mei): Kejayaan Pertama Paris Saint-Germain Di Eropa

Admin
Wednesday, May 7, 2014
7:30 PM
Paris Saint-Germain berjaya di Eropa dengan bintangnya yang melegenda, Youri DjorkaeffBERITA BOLA Sejak diakuisisi Qatar Investment Autorithy pada 2011, Paris Saint-Germain seketika menancapkan dominasinya di Ligue 1 Prancis sampai hari ini.

Puas di domestik, ranah sepakbola Eropa menjadi bidikan selanjutnya. Tanda-tandanya sudah terlihat, meski dalam dua musim terakhir mereka selalu kandas di perempat-final Liga Champions 'hanya' karena kalah aturan gol tandang dengan agregat 3-3 - masing-masing dari Barcelona [2012/13] dan Chelsea [2013/14], dua hasil ini sudah menggambarkan bakal adanya potensi ancaman kekuatan klub ibu kota di Eropa pada masa yang akan datang.

Bicara mengenai kejayaan di tanah Benua Biru, PSG sejatinya punya tinta sejarah penting. Abaikan sejenak getir PSG di Eropa dewasa ini. Yah, tepat hari ini 18 tahun silam, Les Parisiens sukses besar menganjung trofi Eropa yang sekaligus menjadi satu-satunya koleksi mereka dalam sejarah. Adalah Piala Winner yang mereka torehkan dengan mengalahkan Rapid Vienna.

Inilah final pertama kalinya yang dirasakan PSG di turnamen bergengsi antarklub terbaik Eropa. Sementara bagi Rapid final itu adalah yang kedua, setelah sebelumnya menjadi runner-up usai dikalahkan Everton di kompetisi yang sama pada 1985.

PSG dan Rapid berjumpa di King Baudouin Stadium di Brussels, arena yang disesaki 37.000 pasang mata yang mendukung masing-masing tim ketika itu.

Para fans yang berdiri di tribun menanti dengan antusias pertandingan yang diyakini bakal ofensif ini. Pasalnya, laga ini dihuni pilar kedua tim yang mampu menjadi topskor Piala Winner tahun itu - Carsten Jancker [6 gol] dan Christian Stumpf [4] bagi Rapid dan Youri Djorkaeff [4] dan Patrice Loko [4] bagi PSG. Namun kenyataan yang didapati di lapangan adalah laga yang justru berjalan ketat, sehingga tak banyak gol tercipta.

Mirisnya, gol yang ditunggu-tunggu malah datang dari sumber yang tak diduga-duga. Bukan para kolektor gol yang disebut di atas. Bek PSG Bruno N'Gotty, yang sama sekali belum pernah mencicipi gol sepanjang tahun itu, berhasil merobek gawang Rapid di menit ke-28 sekaligus menjadi penentu untuk mengantar timnya berpesta di podium juara.

Era pertengahan 80-an memang terbilang menjadi masa keemasannya Les Parisiens. Terbukti, N'Gotty bersama PSG-nya kembali melaju ke final Piala Winner 1997, akan tetapi pada akhirnya gagal mengklaim gelar kedua beruntun setelah dipukul Barcelona 1-0.

Hingga hari ini, Piala Winner 1996 menjadi satu-satunya gelar terakhir PSG dalam catatan prestasi terbaik di Eropa.


{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment